Selamat datang di blog portofolio, jurnal, dan catatan harian AzzamArifin.web.id

Bukan Pulang, Tapi Pergi

Waktu mendengar rencana ini beberapa minggu lalu, hatiku tertawa. Blitar dan Trenggalek jelas bukan pilihan terbaik untuk refreshing, apalagi kalau keinginannya untuk memberi kesan manis pada siswa-siswi kelas enam yang mau lulus. Tapi rencana ini telah didok menjadi keputusan bersama. Candi penataran dan makam Bung Karno, keduanya di Blitar, lalu Goa Lowo dan Pantai Pasir Putih di Trenggalek adalah tujuan rekreasi tahun ini.

Aku? Jelas tempat-tempat itu sudah pernah kudatangi. Kotaku tinggal diapit oleh dua kota itu. Maka untuk mengunjungi tempat-tempat itu tidak perlu menunggu lama, selagi ada waktu dan ada teman yang ngajak, bisa langsung berangkat. Namun sikap kurang setuju memilih tempat itu bukan karena aku bosan, tapi memang tidak ada kesan manis yang aku rasakan setiap berkunjung. Aku khawatir muncul rasa menyesal selepas pulang nanti.

Dan saat rapat persiapan, aku tak bisa menahan diri,

“Apa gak pilih yang lain aja bu, soalnya tempatnya gak menarik.”

Tanggapan yang muncul ternyata di luar dugaanku,

“Nggak mas, kita sudah tiga tahun ini kok kesana. Yang dulu-dulu kelihatannya juga senang, ya kan pak bu?” ujar Bu Yanti.

“Lagipula Senin lho mas kita sudah UKK, kalau ke Jatim Park malah lelah kita-kitanya.” Pak Samin menambah, seperti menerka sebab penolakanku.

Diskusi ini banyak melahirkan usulan, sekalipun hatiku masih kurang sreg dengan alasan-alasan itu. Hingga ketika Pak Hendi angkat bicara. Bapak wali kelas enam ini beberapa hari lalu menanyai seluruh siswanya, dan semua sepakat memilih Blitar-Trenggalek sebagai tujuan rekreasi.

“Itu lho mas, lulusan kita yang sekarang kelas satu SMP, sering cerita ke anak-anak. Waktu di sekolah cerita, waktu main cerita. Jadi ya gak mau ke yang lain….”

Aku tak bisa apa-apa. Anak-anak itulah yang punya hajat. Dan yang terpenting, dengan penjelasan ini, kekhawatiranku sudah hilang.

Sejenak aku berpikir, ini mirip dengan gejala gauche yang kulihat di film Barat. Suatu tingkah laku meniru yang disebabkan ketertarikan pada sesuatu yang dilihat atau didengar secara berulang-ulang. Anak-anak itu sebenarnya hanya memilih tempat yang sudah mengendap di otak mereka, lewat cerita demi cerita yang ia dapat. Tak mau membeli kucing dalam karung, mereka ogah memilih tempat yang di luar benak. Gejala seperti ini sebenarnya juga kulihat pada anak-anak di madrasah dulu. Aku masih ingat betapa sulitnya merayu siswa kelas enam waktu itu untuk meninggalkan tradisi Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang sudah mengakar bertahun-tahun, padahal tujuan alternatif yang kami tawarkan tak kalah menarik,

bersambung...

0 Komentar