Bangun
telat di tanggal 1 Syawal itu memalukan, tapi itulah yang tadi pagi kulakukan.
Sedikit buru-buru menuju mushola untuk sholat yang setahun sekali itu, setelah
sampai justru kulihat masih banyak juga yang belum datang. Ada apa? Aku mulai
merasa ada yang berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya.
Tradisi berkunjung
ke rumah tetangga bersama-sama belasan pemuda desa segera kutunaikan. Saat berangkat,
kucatat ini jam paling siang dibanding lebaran-lebaran sebelumnya. Biasanya,
jam setengah delapan berkumpul, paling lama jam 8 sudah mulai keliling. Tapi ini
sudah jam 8, saya dan beberapa teman
masih harus menunggu 10an orang yang tak jelas sebab molornya. Karena ini hari
Jumat, jam berkunjung pastinya mepet. Dan itu berarti hanya beberapa rumah yang
akan kami singgahi. Selebihnya, sekedar mampir, mengucap salam, bersalaman,
langsung pamit melanjutkan perjalanan.
Karena
mengumpulkan teman-teman setelah jumatan sangat tidak bisa diharapkan, akhirnya
hanya tiga jam inilah waktu yang kami miliki. Benar saja, kami seperti tamu
yang kesetanan. Beberapa pemilik rumah terbengong melihat kelakuan kami. Saat barisan
belakang belum selesai bersalaman, barisan depan sudah mengucap salam. Bagiku,
lebaran ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Dan tahun
depan, lebaran yang berbeda sepertinya juga kurasakan. Ketika tradisi
berkunjung bersama teman-teman yang sudah kujalani sejak kecil ini akan segera
kutinggalkan. Akan ada seseorang yang pasti melarangku, mengajak bersilaturahmi
hanya bersamanya. Atau mungkin bertiga dengan pemilik suara tangis yang
dirindukan setiap orang tua itu?
0 Komentar