Seperti
kebanyakan orang, sudah cukup lama Aku mengakrabi mbah google. Baik untuk
keperluan tugas kuliah, mengajar, atau sekedar iseng. Awalnya semua itu seperti
biasa-biasa saja. Hingga hari ini Aku sadar, bahwa kata kunci yang diketik
kotak pencarian google itu merupakan representasi dari apa yang sedang orang
pikirkan, harapkan, galaukan, dan sebagainya. Dan sekarang, entahlah, Aku
tersesat pada artikel tentang mengelola keuangan.
Akupun menyadari
bahwa pilihan ini tak lepas dari peristiwa penting yang akan aku jalani:
menikah. Sekitar tiga minggu lagi, momen itu terlaksana. Tapi bak bayi baru lahir
yang belajar berjalan, aku merasa menjadi anak muda yang belum mampu mengelola
keuangan keluarga. Semasa sekolah atau kuliah, Aku terlampau cuek dengan
persoalan keuangan. Tak ada uang bukan masalah besar bagiku. Masih teringat
jelas betapa santainya aku saat sering menunggak SPP bulanan karena Bapak belum
punya uang. Atau mengakrabi HP butut saat dunia menawarkan android, lagi-lagi
karena tak punya uang.
Tapi semenjak
diterima jadi pengajar yang berdampak pada bertambahnya pemasukanku, aku mulai
menyadari sudah saatnya masalah keuangan itu perlu dipikirkan. Ini demi masa
depanku sendiri. Toh, aku tak lagi bergantung pada orang tuaku. Aku sudah punya
pemasukan sendiri yang harus dimanage sedemikian rupa sehingga kelak keluargaku
tak merasakan kesulitan karena ketidakmampuanku mengelola keuangan.
Artikel yang
kudapat dari googling itu berisi tips-tips mengelola keuangan dengan gaji
kecil. Bagiku tulisannya menarik, karena mengajak pembacanya menyesuaikan
pengeluaran dengan budget yang dimiliki. Jadi bukan menuruti keinginan, gaya
hidup atau apalah. Cocok dengan kehidupanku selama ini.
Dari artikel
itu kusimpulkan bahwa besaran penentuan prosentase pengeluaran diupayakan seefisien
mungkin, tapi tidak sampai mengganggu perkembangan berpikir kita. Saya cukup
tercengang ketika melihat pos-pos dipilih untuk diprioritaskan, yakni makan,
transport, pulsa, tabungan. Tapi benar juga. Untuk makan sudah jelas. Untuk transport
demikian halnya. Sedangkan pulsa? Pulsa lebih dikaitkan dengan keharusan saya
menjalin relasi baru. Sedangkan tabungan disiapkan untuk kebutuhan mendesak
yang tidak direncanakan, sekaligus untuk modal usaha lain/investasi.
Persoalan
mengelola keuangan dan banyak hal lain, sejujurnya menjadikan saya kurang
percaya diri menghadapi pernikahan. Tapi bagaimanapun juga, hidup bukan hanya
tentang saya, bagaimana saya, dimana saya. Hidup butuh keseimbangan. Saya yakin
keberanianku menghadapi liku-liku hidup berumah tangga akan bejalan beriringan
dengan kesuksesan dan kebahagiaan hidupku.
Bendiljati
Wetan, 22 Juli 2015
0 Komentar