Selamat datang di blog portofolio, jurnal, dan catatan harian AzzamArifin.web.id

Kelas 5 yang sekarang..

Tak terasa hampir dua bulan aku mengajar di tahun ajaran baru ini. Waktu seperti cepat. Mungkin karena selama sebulan pikiranku hanya fokus pada diklat prajabatan, dan hampir anak-anak yang baru saja masuk kelas 5 ini tak tersentuh.

Diklat prajab memang menguras waktu, tenaga dan pikiran. Alhasil, materi yang belum kusampaikan kepada anak-anak menumpuk. Setiap hari terasa seperti dikejar deadline, yakni UTS yang mungkin dilaksanakan awal bulan depan.

Tapi aku beruntung. Kelas 5 yang sekarang bukan lagi seperti kelas 5 yang dulu. Mereka cakap, terampil, dan cepat menangkap materi. Ditambah dengan jumlahnya yang hanya 8, tak ada alasan bagiku untuk menjadikan diklat prajab sebagai alasan tidak tuntasnya materi.

Berbicara tentang kelas 5 sekarang yang berbeda dengan tahun lalu, memang semua guru mulai kelas 1 sampai kelas 4 mengakui angkatan ini adalah angkatan terbaik dibanding yang lain. Anak-anaknya mudah menerima pelajaran, dan cenderung patuh terhadap aturan sekolah. Ini kurasakan setiap kali mengajar. Pada mapel matematika, mereka memiliki dasar materi yang cukup untuk mempelajari materi di kelas 5. Demikian halnya pada pelajaran lainnya.

Dengan melihat kemampuan anak-anak ini, beberapa hari yang lalu aku sempat berpikir, mungkin inilah saatnya sekolahku berprestasi dalam lomba-lomba akademik, seperti lomba akademik PT Grenfield atau olimpiade MIPA. Jika dibandingkan dengan kelas yang lain, kelas inilah yang bisa dikatakan paling siap. Harapan ini tentu kembali kepadaku.  Sebagai wali kelas lima, akulah yang harus bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya siswa dalam suatu perlombaan akademik. Karena memang kelas 5 lah ujung tombak setiap perlombaan.

Maka disini aku mencoba lebih intens dalam memberikan bimbingan, terutama dalam menerapkan metode drill untuk setiap mapel. Setelah UTS nanti, rencananya akan kuadakan jam pelajaran tambahan khusus untuk siswa yang dipersiapkan mengikuti lomba. Tentu saja semua ini dengan terlebih dulu meminta persetujuan dari kepala sekolah beserta dewan guru.

Siapapun akan menilai bahwa harapan SDN Babadan 02 untuk memenangi kompetisi itu hanyalah mimpi. Orang akan melihat bagaimana minimnya sarana dan fasilitas sekolah ini, letak geografis sekolah yang berada di pinggiran, atau latar belakang siswa yang kurang mendapat dukungan keluarga. Tapi setidaknya mimpi ini patut diperjuangkan dengan persiapan yang matang. Sekali lagi, kesempatan ada di tahun ini. Generasi ini belum tentu muncul lagi pada beberapa tahun mendatang. 

0 Komentar