Tadi waktu di perpus SD, tak sengaja saya menemukan buku menarik, judulnya Menjadi Guru Penulis. Tak kusangka, di sekolah kecil ini, perpusnya menyimpan koleksi buku seperti ini. Tak kubaca secara detail, hanya saya baca sekilas, terutama bagian yang tampak menarik. Seketika pandanganku tertuju pada tulisan tentang kesulitan-kesulitan menulis.
Ternyata, faktor yang menyebabkan menulis itu sulit adalah kurang percaya diri, bingung memulai, takut tulisan dianggap jelek. Saat baru menulis beberapa kalimat, sudah diedit sana sini, lalu diedit lagi, lalu di delete, lalu keluar dari Ms word, akhirnya tak jadi menulis 😆.
Yang penting adalah tulislah apa saja yang ada di kepala, karena mengedit itu merupakan tahap setelah menulis apa adanya, bukan berbarengan dengan menulis itu.
Selanjutnya, tulisan yang menarik adalah tentang kiat praktis menjaga pikiran tetap segar sehingga tidak jenuh saat menulis. Saya heran ketika di halaman itu tertulis, cobalah sekali-kali berangkat atau pulang kerja melewati jalan yang tidak biasanya.
Seketika saya mengira ini aneh, karena tidak ada hubungan antara melewati jalan yang tak biasanya dengan kesegaran pikiran. Tapi setelah saya renungkan, ternyata ada benarnya. Melewati jalan yang berbeda-beda akan memberi kesempatan kita menemukan hal-hal baru yang tidak kita dapatkan saat melewati jalan yang itu-itu saja.
Kadang hal ini tidak terasa, tapi sebenarnya rutinitas yang setiap harinya sama secara tak sadar membuat pikiran jenuh. Hal-hal baru inilah yang dapat menjadi wawasan baru untuk kemudian dituangkan dalam tulisan.
Suatu kebetulan, saat hendak pulang, rekan-rekan guru mengajak saya menghadiri kondangan pernikahan putra dari Bapak Giran, Kepala SDN Balesari 4. Kesempatan ini tentu akan membuat saya pulang dengan melewati jalan yang berbeda dari biasanya, yakni lewat desa Kesamben dan Ngasem.
Dan benar apa yang tertulis di buku itu bahwa menyempatkan diri untuk melewati jalan baru akan membuat kita menemukan hal baru yang akan memaksa kita membuat hubungan-hubungan unik. Gapura desa Ngasem kiri jalan dari Jalibar, yang membuat saya penasaran sejak awal kedatangan saya kesini, hari ini saya lewati. Ini berarti ada jalur alternatif seandainya ingin ke desa Kesamben via Jalibar, meskipun keadaan jalannya agak rusak.
Dengan demikian, memilih jalur yang berbeda saat berangkat atau pulang kerja sesekali perlu dilakukan untuk menyegarkan pikiran dan menemukan hal-hal baru.
Kepanjen, 20 September 2016
0 Komentar