Selamat datang di blog portofolio, jurnal, dan catatan harian AzzamArifin.web.id

Awal Mula Suka Badminton

badminton

Jika ditarik ke belakang, perjalanan saya dengan badminton dimulai pada tahun 2019. Sebelumnya, permainan ini hanya sebatas hiburan di depan rumah, dengan raket seharga lima belas ribuan dan asal pukul. Namun, pada 2019, saya mulai mencoba bermain lebih serius (maksudnya ya main di lapangan betulan, pakai sepatu dan raket betulan juga).

Awalnya, tujuan saya sederhana: olahraga. Saya ingin menggerakkan tubuh, mengeluarkan keringat, dan menjaga kesehatan. Kebetulan, teman-teman saya waktu itu memilih badminton sebagai olahraga bersama.

Karena tidak ada olahraga lain yang cocok dimainkan bersama, saya pun ikut bergabung. Meski sebenarnya, hobi utama saya adalah sepak bola dan futsal. Namun, suasana bermain bersama membuat saya tetap tertarik mencoba.

Seiring waktu, dari yang awalnya hanya ikut-ikutan, saya mulai menikmati permainan ini. Ingatan saya masih segar bagaimana sulitnya memukul shuttlecock dengan benar di awal. Kadang pukulan meleset, kadang terlalu keras hingga keluar lapangan.

Namun, perlahan kemampuan saya meningkat. Bahkan, saya cukup bangga bisa "menipu" lawan dengan gerakan tipuan yang kadang sukses membuat mereka kebingungan wkwk.

Sejak awal, saya sudah merasa ada kecocokan dengan badminton. Biasanya, jika saya merasa cocok dengan sesuatu, saya bisa berkembang di dalamnya. Sama seperti pengalaman saya dengan tenis meja; karena suka, saya akhirnya bisa menguasainya.

Berbeda dengan voli yang dari awal tidak menarik minat saya, hingga sekarang pun saya bahkan tidak bisa melakukan smash dengan baik. Agak memalukan mengingat tinggi badan saya yang seharusnya menjadi modal besar dalam voli.

Namun, meski saya menyukai badminton, ada kalanya saya merasa olahraga ini monoton. Polanya cenderung sama, hanya melibatkan penguasaan teknik, kekuatan otot lengan, dan latihan rutin untuk meningkatkan feel terhadap shuttlecock. Dalam benak saya, terkadang muncul pertanyaan: bagaimana para atlet pelatnas bisa bertahan dengan rutinitas latihan yang begitu-begitu saja setiap hari? Saya salut dengan dedikasi mereka.

Karena ketertarikan saya mulai tumbuh, pada waktu itu saya memutuskan untuk membeli peralatan yang lebih layak. Sebuah raket dan sepatu olahraga dengan harga sekitar empat ratus ribuan menjadi investasi saya untuk kegiatan ini. Lumayan juga untuk seseorang yang awalnya hanya ingin mencari keringat.

Latihan kami dulu rutin dilakukan di lapangan BPU Kecamatan. Suasana lapangan itu menjadi favorit saya, hingga pandemi datang dan memaksa kami berhenti total. Selama dua tahun, rutinitas ini vakum

Baru setahun terakhir, kami mencoba menghidupkan kembali semangat bermain badminton. Latihan dilakukan di lapangan Warrior yang memiliki alas karpet khusus. Meski tempatnya cukup bagus, saya pribadi lebih suka bermain di atas lantai biasa.

Dan hari ini, Jumat, 17 Januari 2025, kami akhirnya kembali ke lapangan BPU. Tempat favorit saya yang menyimpan banyak kenangan latihan di masa awal. Harapan saya, semoga latihan ini bisa kembali rutin seperti dulu. Karena, meskipun badminton terasa sederhana dan terkadang membosankan, ada sesuatu yang membuat saya terus kembali ke lapangan: keseruan, kebersamaan, dan tentunya keluar keringat.

0 Komentar